Pekojan, Jakarta Utara Pekojan. Asal katanya dari kata Koja, adalah kain tenun yang dipakai untuk ikat kepala oleh orang-orang Banten atau Badui; atau juga berarti orang India (Khoja). Di daearah Jawa Tengah, di Semarang misalnya, ada sebuah kampung yang disebut dengan Kampung Pekojan. Kampung ini katanya dominan dimukimi oleh orang-orang keturunan India. Tapi entah apakah itu punya arti sama dengan Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora di Jakarta Utara, yang tempo dulu disebut sebagai Kampung Pekojan juga.
Namun untuk memperkuat sebutan itu ada bukti yang dapat dijadikan cara untuk memperkuat dugaan itu. Salah satu masjid tua di daerah itu-didirikan tahun tahun 1700-an, Masjid Jami An-Nawier namanya, menunjukkan gelagat kesana. Hingga sekarang masjid yang didirikan oleh seorang ulama yang biasa dipanggil sebagai Komandan Dahlan, sering diziarahi oleh para ulama maupun masyarakat biasa dari daerah Banten. Jika dikaitkan dengan ikat kepala, boleh jadi ada hubungannya pula.
Mungkin saja, Komandan Dahlan atau pendiri lainnya adalah mantan prajurit Kesultanan Banten yang ikut membantu Fatahillah menyerang penjajah di Sunda Kelapa. Lalu setelah itu bermukim di sebuah wilayah di selatan Pelabuhan Sunda Kelapa, dan beranak-pinak di wilayah itu. Mungkin karena tradisi berpakaian orang Banten dahulu seperti orang-orang dari Badui sekarang---gemar menutupi kepalanya dengan ikatan kain tenun, maka daerah itu disebut sebagai Pekojan. Sama halnya dengan daerah Matraman, tempat mukimnya orang-orang Mataram. Makam Komandan Dahlan kini bisa dilihat di sebelah utara masjid yang dikelilingi batu pahatan besar buatan abad 18. Di sekitar masjid pun ada beberapa makam-makam tua para ulama besar Kampung Pekojan. Konon Masjid Jami Pekojan ini dahulunya menjadi induk dari masjid-masjid sekitar Batavia. Dahulu setiap hari Jum'at dihadiri lebih dari 2.000 jamaah.
Peninggalan sejarah masjid ini tak hanya makam, mimbar berukir di mihrab masjid adalah pemberian dari salah seorang Sultan Pontianak pada awal berdirinya masjid di abad ke 18. Sampai kini Masjid Jami An-Nawier telah mengalami beberapa kali pemugaran. Terutama pada bagian interior masjid, bagian list-plangnya yang bermotif gunungan dan sayap kelelawar, serta menara masjid yang menjadi satu bagian dengan bangunan masjid. Jika diamati betul, ada kesan kalau masjid ini bukan bangunan yang diniatkan sebagai masjid. Ruangan dalam masjid berbentuk leter-L. Lalu untuk menopang atapnya yang berjumlah dua memanjang dari utara ke selatan ada 33 buah pilar model romawi.
Lalu di sebelah kanan bagian mihrab, terdapat semacam pos jaga monyet. Belum lagi model pagar temboknya yang tinggi dan tebal, lalu model list-plang yang juga mirip dengan bangunan Belanda pada umumnya. Ada kesan kuat masjid ini sebelumnya, bisa jadi sebuah benteng atau masjid yang sengaja dibuat dan diapakai sebagai benteng. Masjid An Nawier Pekojan berada di Jalan Masjid Pekojan Gg. II, Kelurahan Pekojan, sebelah barat Stasiun KA Kota. Agak sulit juga mencari lokasinya, karena di kiri dan kanan serta belakang masjid terjepit pemukiman penduduk sekitar Jalan Pengukiran. Tapi yang jelas tidak sulit memilih sarana transportasi. Terminal Grogol dan Kota bisa dipilih untuk menilik masjid yang juga berdekatan lokasinya dengan Masjid Al Anwar di Jalan Pangeran Tubagus Angke ini
www.pesantrennet.org
Namun untuk memperkuat sebutan itu ada bukti yang dapat dijadikan cara untuk memperkuat dugaan itu. Salah satu masjid tua di daerah itu-didirikan tahun tahun 1700-an, Masjid Jami An-Nawier namanya, menunjukkan gelagat kesana. Hingga sekarang masjid yang didirikan oleh seorang ulama yang biasa dipanggil sebagai Komandan Dahlan, sering diziarahi oleh para ulama maupun masyarakat biasa dari daerah Banten. Jika dikaitkan dengan ikat kepala, boleh jadi ada hubungannya pula.
Mungkin saja, Komandan Dahlan atau pendiri lainnya adalah mantan prajurit Kesultanan Banten yang ikut membantu Fatahillah menyerang penjajah di Sunda Kelapa. Lalu setelah itu bermukim di sebuah wilayah di selatan Pelabuhan Sunda Kelapa, dan beranak-pinak di wilayah itu. Mungkin karena tradisi berpakaian orang Banten dahulu seperti orang-orang dari Badui sekarang---gemar menutupi kepalanya dengan ikatan kain tenun, maka daerah itu disebut sebagai Pekojan. Sama halnya dengan daerah Matraman, tempat mukimnya orang-orang Mataram. Makam Komandan Dahlan kini bisa dilihat di sebelah utara masjid yang dikelilingi batu pahatan besar buatan abad 18. Di sekitar masjid pun ada beberapa makam-makam tua para ulama besar Kampung Pekojan. Konon Masjid Jami Pekojan ini dahulunya menjadi induk dari masjid-masjid sekitar Batavia. Dahulu setiap hari Jum'at dihadiri lebih dari 2.000 jamaah.
Peninggalan sejarah masjid ini tak hanya makam, mimbar berukir di mihrab masjid adalah pemberian dari salah seorang Sultan Pontianak pada awal berdirinya masjid di abad ke 18. Sampai kini Masjid Jami An-Nawier telah mengalami beberapa kali pemugaran. Terutama pada bagian interior masjid, bagian list-plangnya yang bermotif gunungan dan sayap kelelawar, serta menara masjid yang menjadi satu bagian dengan bangunan masjid. Jika diamati betul, ada kesan kalau masjid ini bukan bangunan yang diniatkan sebagai masjid. Ruangan dalam masjid berbentuk leter-L. Lalu untuk menopang atapnya yang berjumlah dua memanjang dari utara ke selatan ada 33 buah pilar model romawi.
Lalu di sebelah kanan bagian mihrab, terdapat semacam pos jaga monyet. Belum lagi model pagar temboknya yang tinggi dan tebal, lalu model list-plang yang juga mirip dengan bangunan Belanda pada umumnya. Ada kesan kuat masjid ini sebelumnya, bisa jadi sebuah benteng atau masjid yang sengaja dibuat dan diapakai sebagai benteng. Masjid An Nawier Pekojan berada di Jalan Masjid Pekojan Gg. II, Kelurahan Pekojan, sebelah barat Stasiun KA Kota. Agak sulit juga mencari lokasinya, karena di kiri dan kanan serta belakang masjid terjepit pemukiman penduduk sekitar Jalan Pengukiran. Tapi yang jelas tidak sulit memilih sarana transportasi. Terminal Grogol dan Kota bisa dipilih untuk menilik masjid yang juga berdekatan lokasinya dengan Masjid Al Anwar di Jalan Pangeran Tubagus Angke ini
www.pesantrennet.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar