Pada saat tersebar berita tentang wafatnya Rasulullah, semua orang tampak kaku dan bingung dengan perasaan yang tidak menentu. Mereka bergelut dengan suatu kepedihan yang amat dalam walaupun sebelumnya telah ada isyarat akan meninggalnya beliau.
----------
Pada saat tersebar berita tentang wafatnya Rasulullah, semua orang tampak kaku dan bingung dengan perasaan yang tidak menentu. Mereka bergelut dengan suatu kepedihan yang amat dalam walaupun sebelumnya telah ada isyarat akan meninggalnya beliau. Diantaranya Rasul telah jatuh sakit sehingga tidak bisa keluar rumah untuk memimpin shalat berjama’ah, dan beliau telah memberikan wasiat-wasiat terakhir, sebagai indikasi bahwa beliau hendak berpamitan untuk kembali kepada Allah. Ummat pada saat itu telah menerima Qur’an dan ummat saat itu telah menerima khutbah perpisahan dan semua tak lain merupakan isyarat.
Tetapi tetap saja apa yang terjadi saat itu banyak yang tidak kuasa menerima kenyataan. Salah satunya adalah Umar, kala mendengar berita itu ia keluar rumah dan berkata pada setiap orang yang ia temui:
"Orang-orang munafik telah mengira Rasul meninggal. Beliau tidak mati, melainkan pergi menghadap Tuhannya sebagaimana telah dilakukan Musa bin Imran dahulu. Musa pergi meninggalkan kaumnya selama 40 hari, kemudian kembali lagi setelah diberitakan mati. Demi Allah, Muhammad saw pasti akan kembali lagi! Siapa yang berani mengatakan beliau wafat akan kupotong tangan dan kakinya."
Begitu kira-kira yang diucapkan Umar, tetapi untung saat itu ada Abu Bakar yang paling disegani para sahabat termasuk Umar sendiri. Abu Bakar memerintahkan Umar untuk tenang dan diam, tapi Umar malah ngotot. Abu Bakar kemudian mengambil posisi di tengah-tengah kaum Muslimin dan berkata:
"Hai kaum Muslimin, barang siapa yang menyembah Muhammad, sekarang beliau telah wafat. Barang siapa menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak mati."
Kemudian Abu Bakar membacakan Qur’an surat Ali-Imran ayat 144…."Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul. Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
Sebenarnya Umar tahu tentang ayat itu, tetapi kecintaan Umar yang begitu dalam kepada Rasulullah menjadikan dia tak dapat mengendalikan emosinya. Ia tak mampu menerima kenyataan bahwa orang yang selama ini ia cintai meninggalkannya.
Orang yang sedih akan wafatnya Rasul sebenarnya bukan Umar saja, tetapi jauh sebelum meninggalnya Rasul, Abu Bakar telah membaca firasat ketika turunnya surat al-Maidah ayat 3, dan saat itu ummat Islam merasa gembira karena merasa Islam telah menjadi ajaran yang utuh. Tetapi Abu Bakar justru menilai lain. Beliau merasakan bahwa tugas Nabi telah selesai, dan logikanya Nabi akan segera menghadap Allah swt. Sejak saat itulah Abu Bakar banyak menangis.
Kecintaan para sahabat pada Rasul sungguh luar biasa dan itu tidak tumbuh secara dipaksakan tapi secara alamiah. Dalam proses perjalanan da’wah Islam, mereka menumbuhkan cinta kasih sayang. Dan ini berkaitan erat dengan karakter Rasul yang penuh pesona.
Ketika Perang Uhud pernah tersebar berita bahwa Rasul telah wafat. Berita itu menyebar begitu cepat, sehingga melemahkan tentara Islam yang sedang terdesak oleh musuh. Umar bin Khattab dan Thalhah yang bergabung bersama sahabat Muhajirin dan Anshar meletakkan senjata di tangannya. Saat itu Anas datang menghampiri mereka. "Kenapa kalian duduk?" tanya Anas.
"Rasulullah terbunuh," mereka menjawab lemah.
Anas berseru, "Lalu apa yang hendak kalian perbuat dengan hidup ini setelah beliau tidak ada? Ayo bangun! Matilah kalian sebagaimana beliau mati."
Seketika itu juga mereka menerima saran Anas dan bangkit. Anas sendiri terbunuh dalam peperangan itu.
www.oaseislam.com
Pada saat tersebar berita tentang wafatnya Rasulullah, semua orang tampak kaku dan bingung dengan perasaan yang tidak menentu. Mereka bergelut dengan suatu kepedihan yang amat dalam walaupun sebelumnya telah ada isyarat akan meninggalnya beliau. Diantaranya Rasul telah jatuh sakit sehingga tidak bisa keluar rumah untuk memimpin shalat berjama’ah, dan beliau telah memberikan wasiat-wasiat terakhir, sebagai indikasi bahwa beliau hendak berpamitan untuk kembali kepada Allah. Ummat pada saat itu telah menerima Qur’an dan ummat saat itu telah menerima khutbah perpisahan dan semua tak lain merupakan isyarat.
Tetapi tetap saja apa yang terjadi saat itu banyak yang tidak kuasa menerima kenyataan. Salah satunya adalah Umar, kala mendengar berita itu ia keluar rumah dan berkata pada setiap orang yang ia temui:
"Orang-orang munafik telah mengira Rasul meninggal. Beliau tidak mati, melainkan pergi menghadap Tuhannya sebagaimana telah dilakukan Musa bin Imran dahulu. Musa pergi meninggalkan kaumnya selama 40 hari, kemudian kembali lagi setelah diberitakan mati. Demi Allah, Muhammad saw pasti akan kembali lagi! Siapa yang berani mengatakan beliau wafat akan kupotong tangan dan kakinya."
Begitu kira-kira yang diucapkan Umar, tetapi untung saat itu ada Abu Bakar yang paling disegani para sahabat termasuk Umar sendiri. Abu Bakar memerintahkan Umar untuk tenang dan diam, tapi Umar malah ngotot. Abu Bakar kemudian mengambil posisi di tengah-tengah kaum Muslimin dan berkata:
"Hai kaum Muslimin, barang siapa yang menyembah Muhammad, sekarang beliau telah wafat. Barang siapa menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak mati."
Kemudian Abu Bakar membacakan Qur’an surat Ali-Imran ayat 144…."Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul. Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
Sebenarnya Umar tahu tentang ayat itu, tetapi kecintaan Umar yang begitu dalam kepada Rasulullah menjadikan dia tak dapat mengendalikan emosinya. Ia tak mampu menerima kenyataan bahwa orang yang selama ini ia cintai meninggalkannya.
Orang yang sedih akan wafatnya Rasul sebenarnya bukan Umar saja, tetapi jauh sebelum meninggalnya Rasul, Abu Bakar telah membaca firasat ketika turunnya surat al-Maidah ayat 3, dan saat itu ummat Islam merasa gembira karena merasa Islam telah menjadi ajaran yang utuh. Tetapi Abu Bakar justru menilai lain. Beliau merasakan bahwa tugas Nabi telah selesai, dan logikanya Nabi akan segera menghadap Allah swt. Sejak saat itulah Abu Bakar banyak menangis.
Kecintaan para sahabat pada Rasul sungguh luar biasa dan itu tidak tumbuh secara dipaksakan tapi secara alamiah. Dalam proses perjalanan da’wah Islam, mereka menumbuhkan cinta kasih sayang. Dan ini berkaitan erat dengan karakter Rasul yang penuh pesona.
Ketika Perang Uhud pernah tersebar berita bahwa Rasul telah wafat. Berita itu menyebar begitu cepat, sehingga melemahkan tentara Islam yang sedang terdesak oleh musuh. Umar bin Khattab dan Thalhah yang bergabung bersama sahabat Muhajirin dan Anshar meletakkan senjata di tangannya. Saat itu Anas datang menghampiri mereka. "Kenapa kalian duduk?" tanya Anas.
"Rasulullah terbunuh," mereka menjawab lemah.
Anas berseru, "Lalu apa yang hendak kalian perbuat dengan hidup ini setelah beliau tidak ada? Ayo bangun! Matilah kalian sebagaimana beliau mati."
Seketika itu juga mereka menerima saran Anas dan bangkit. Anas sendiri terbunuh dalam peperangan itu.
www.oaseislam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar